Al Kautsar Sambut Siswa SMA Pulang Belajar dari Jepang

Yayasan dan SMA Al Kautsar menyambut kedatangan Aliya Ayesha Rahma Hadi, Selasa (21/3/2023), yang baru pulang dari pertukaran pelajar di Kitano Senior High School, di Osaka Prefecture, Jepang.

Aliya hadir ke sekolah didampingi oleh kedua orangtuanya, Asnuri Hadi Broto dan Eny Puspasari.

Dalam kegiatan ini, turut hadir siswa SMA Al Kautsar yang telah mengikuti pertukaran pelajar ke Jepang dan Amerika pada tahun lalu, yaitu Muthie Nabilla Setyawan dan Camelia Rizky Khaerunnisa Purnomo.

Aliya disambut oleh Ketua Yayasan Al Kautsar Wagiso, Kepala SMA Al Kautsar Eko Anzair, beserta dewan guru dan puluhan perwakilan siswa.

Dalam sambutannya, Wagiso mengucapkan selamat datang kepada Aliya Ayesha Rahma Hadi dan mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua Aliya yang telah hadir mengantarkan kembali anaknya untuk berkumpul di kampus Al Kautsar.

“Kami ucapkan selamat datang kepada Aliya Ayesha yang telah berkumpul kembali di kampus Al Kautsar,” kata Wagiso.

Menurut Wagiso, saat ini, Aliya tidak hanya menorehkan nama Al Kautsar di negara Jepang, tetapi juga nama Indonesia. Tentunya banyak pengalaman dan pelajaran yang telah diperoleh Aliya selama 10 bulan belajar di Jepang. Wagiso berharap, semua hal baik yang diperoleh selama kegiatan pertukaran pelajar seperti sikap disiplin dan kerja karas agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Adik-adik kelas sangat ingin mendengar pengalaman Aliya selama di Jepang, semoga dengan mendengar cerita dari Aliya akan memotivasi adik-adik kelas untuk mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri,” harap Wagiso.

Kepala SMA Al Kautsar, Eko Anzair berharap, para pelajar SMA Al Kautsar yang telah mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri juga bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri.

“Salah satu kakak kelas kalian, alumni SMA Al Kautsar Jilan Huriyah berhasil mendapatkan beasiswa MEXT kuliah ke Jepang, semoga nanti kalian juga bisa menyusul kakak kelas kalian untuk melanjutkan kuliah ke sana,” kata Eko Anzair.

Beasiswa MEXT merupakan beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho/ MEXT). Beasiswa ini meliputi biaya studi dan biaya hidup, tanpa ikatan dinas.

Selanjutnya Aliya Ayesha menceritakan pengalamannya selama belajar di Jepang mulai Juni 2022 hingga Maret 2023 melalui Asia Kakehashi Program Jepang.

Menurut Aliya, Kitano Senior High School merupakan sekolah terbaik di Osaka, dimana para alumninya banyak yang menjadi menteri di Osaka.

“Sekolah Kitano sudah ada sejak perang dunia kedua, ada bekas tembakan tentara amerika di sana,” tuturnya.

Aliya mengatakan, pembelajaran di Jepang cukup berbeda dengan Indonesia, khususnya Lampung. Di sana, para siswa jarang berdiskusi dengan guru, di dalam kelas guru akan memberikan pembelajaran hingga selesai, setelah itu barulah siswa yang ingin bertanya langsung maju ke depan meja guru satu persatu.

Namun, lanjut Aliya, di Jepang sangat menekankan praktek, termasuk praktek pelajaran bahasa Inggris.

“Jadi di Jepang itu lebih banyak ke praktek, termasuk bahasa Inggris banyak speaking. Terus gurunya mengapresiasi sekecil apapun usaha siswa, itu yang bikin saya senang di Jepang, misalnya guru sering bilang wah kamu hebat ya dan siswa dikasih stiker, jadi siswa tambah semangat dan tidak merasa dijudge,” tutur Aliya.

Selama sepuluh bulan belajar di Jepang, Aliya merasakan pergantian empat musim di sana, mulai dari musim semi, musim gugur, musim dingin, dan musim panas.

“Kalau musim panas, kami masuk sekolah mulai pukul 08.15 (waktu Jepang), kalau musim dingin pukul 08.30, pulang sekolah sekitar pukul tiga sore,” ujarnya.

Di sana, Aliya juga jadi mengetahui bahwa ternyata di Jepang banyak dialeknya atau bahasa daerah yang berbeda-beda layaknya seperti di Indonesia.

“Kalau saya termasuk Kansai Ben atau Dialek Kansai, misalnya terimakasih itu kan orang familiarnya Arigatou, nah kalau di Kansai kita bilangnya Okini,” jelas Aliya.

Dia mengakui, di Jepang sulit menemukan fasilitas ibadah bagi umat muslim. Untuk itu, Aliya menggunakan aplikasi Muslim Pro sebagai petunjuk waktu shalat dan arah kiblat. Di sekolah, Aliya diberi satu ruang khusus untuk shalat, tetapi saat di tempat umum, Aliya menyiasati shalat di ruang ganti pakaian.

“Saya ambil satu pakaian, terus masuk changing room, dan bentang sajadah shalat di sana,” kata Aliya.

Untuk makan sehari-hari, Aliya mengaku lebih banyak memasak sendiri di dapur asrama karena sangat sulit mendapatkan makanan halal di Jepang.

“Tapi saya senang di Jepang, karena daerahnya nyaman, enak banget di Jepang. Kalau ada kesempatan mau kuliah di Jepang. Udah nyari-nyari informasi sih di sana, semoga nanti bisa kuliah di Jepang,” pungkas Aliya.